Selamatan Orang Meninggal Menurut Hitungan Jawa

Halo, selamat datang di ProductivityPlus.ca!

Saat seseorang meninggal dunia, masyarakat Jawa mempunyai tradisi unik untuk mengadakan selamatan sebagai bentuk penghormatan dan doa bagi almarhum. Tradisi ini diyakini sebagai cara untuk membantu arwah orang yang telah meninggal agar dapat kembali ke tempat asalnya dengan tenang dan damai. Selamatan orang meninggal menurut hitungan Jawa memiliki makna dan filosofi yang mendalam, serta masih dipraktikkan secara luas hingga saat ini.

Pendahuluan

Selamatan orang meninggal dalam masyarakat Jawa dikenal dengan berbagai nama, seperti Slamatan Kematian, Slumanan, atau Rejeban. Tradisi ini sudah ada sejak zaman dahulu dan terus diwariskan dari generasi ke generasi. Selamatan biasanya diadakan pada hari-hari tertentu setelah pemakaman, seperti hari pertama, ketiga, ketujuh, keempat puluh, keseratus, dan hari tahunan. Masing-masing hari memiliki makna dan ritual khusus yang berbeda.

Tujuan utama dari selamatan orang meninggal adalah untuk mendoakan almarhum agar arwahnya dapat mencapai tempat yang layak di alam baka. Selain itu, selamatan juga bertujuan untuk memberikan penghiburan dan dukungan kepada keluarga yang ditinggalkan, serta untuk mempererat tali silaturahmi antar tetangga dan kerabat.

Pelaksanaan selamatan orang meninggal menurut hitungan Jawa sangat bervariasi tergantung pada daerah dan tradisi masing-masing. Namun, secara umum terdapat beberapa unsur utama yang selalu ada, seperti:

  1. Doa-doa keagamaan, seperti tahlil dan pembacaan Al-Qur’an.
  2. Pembagian makanan dan minuman kepada para tamu yang hadir.
  3. Tradisi khusus yang berkaitan dengan hari selamatan, seperti Srawean (pengumpulan kain kafan) pada hari ketujuh.

Kelebihan dan Kekurangan Selamatan Orang Meninggal

Secara umum, tradisi selamatan orang meninggal memiliki beberapa kelebihan, antara lain:

  1. Memberikan penghiburan dan dukungan kepada keluarga yang ditinggalkan. Selamatan dapat menjadi sarana bagi keluarga untuk berbagi kesedihan dan mendapatkan dukungan dari orang-orang di sekitar mereka.
  2. Mempererat tali silaturahmi. Selamatan biasanya dihadiri oleh banyak orang, termasuk tetangga, kerabat, dan teman-teman almarhum. Hal ini dapat mempererat tali silaturahmi antar mereka.
  3. Menjaga tradisi dan budaya Jawa. Selamatan orang meninggal merupakan salah satu tradisi budaya Jawa yang masih dipraktikkan hingga saat ini. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Jawa masih menghargai dan melestarikan tradisi leluhurnya.

Namun, di samping kelebihannya, tradisi selamatan orang meninggal juga memiliki beberapa kekurangan, seperti:

  1. Biaya yang cukup besar. Selamatan biasanya memerlukan biaya yang cukup besar, terutama jika dilaksanakan secara besar-besaran. Hal ini dapat menimbulkan beban finansial bagi keluarga yang ditinggalkan.
  2. Waktu yang cukup lama. Selamatan biasanya dilaksanakan selama beberapa hari, sehingga dapat menyita waktu dan tenaga keluarga yang ditinggalkan.
  3. Tradisi yang memberatkan. Dalam beberapa kasus, tradisi selamatan orang meninggal dapat menjadi beban bagi keluarga yang ditinggalkan, terutama jika dikaitkan dengan kepercayaan atau ritual yang dianggap memberatkan.

Meskipun memiliki beberapa kekurangan, tradisi selamatan orang meninggal masih dipraktikkan secara luas di masyarakat Jawa karena dianggap sebagai bentuk penghormatan dan doa bagi almarhum.

Bentuk dan Ritual Selamatan Orang Meninggal

Bentuk dan ritual selamatan orang meninggal bervariasi tergantung pada hari penyelenggaraan. Berikut ini adalah beberapa bentuk dan ritual selamatan yang umum dilakukan:

Hari Pertama

Selamatan hari pertama biasanya diadakan setelah pemakaman. Sajian yang disiapkan biasanya berupa Bubur Srawe (bubur yang terbuat dari beras dan santan) dan Wedang Uwuh (minuman herbal). Doa-doa keagamaan juga dipanjatkan untuk mendoakan almarhum.

Hari Ketiga

Selamatan hari ketiga disebut juga dengan Nyewu. Sajian yang disiapkan biasanya berupa Tumpeng (nasi yang dibentuk kerucut) dan Bocah Tawur (boneka kecil yang terbuat dari tepung). Doa-doa keagamaan juga dipanjatkan untuk mendoakan almarhum dan meminta perlindungan dari gangguan roh jahat.

Hari Ketujuh

Selamatan hari ketujuh disebut juga dengan Srawean. Sajian yang disiapkan biasanya berupa Ketan Kradikan (ketan hitam yang dibentuk kerucut) dan Air Setaman (air yang diberi bunga-bungaan). Doa-doa keagamaan juga dipanjatkan untuk mendoakan almarhum dan melepas arwahnya ke alam baka.

Hari Keempat Puluh

Selamatan hari keempat puluh disebut juga dengan Empat Puluh Hari. Sajian yang disiapkan biasanya berupa Kolak (makanan penutup berbahan dasar santan dan gula merah) dan Dodol (makanan manis yang terbuat dari tepung ketan). Doa-doa keagamaan juga dipanjatkan untuk mendoakan almarhum dan mendoakan agar arwahnya dapat diterima di sisi Tuhan.

Hari Keseratus

Selamatan hari keseratus disebut juga dengan Nyatus. Sajian yang disiapkan biasanya berupa Bubur Sumsum (bubur yang terbuat dari tepung beras dan santan) dan Tumpeng (nasi yang dibentuk kerucut). Doa-doa keagamaan juga dipanjatkan untuk mendoakan almarhum dan mendoakan agar arwahnya dapat mencapai tempat yang layak di alam baka.

Hari Tahunan

Selamatan hari tahunan disebut juga dengan Rejeban. Sajian yang disiapkan biasanya berupa Tumpeng (nasi yang dibentuk kerucut) dan Lontong (ketupat yang terbuat dari beras). Doa-doa keagamaan juga dipanjatkan untuk mendoakan almarhum dan mendoakan agar arwahnya dapat terus tenang dan damai.

Makna Filosofis Selamatan Orang Meninggal

Selamatan orang meninggal tidak hanya sekadar ritual, tetapi juga memiliki makna filosofis yang mendalam. Makna-makna tersebut antara lain:

  1. Rasa syukur dan pengingat kematian. Selamatan merupakan bentuk rasa syukur atas kehidupan yang telah dijalani oleh almarhum dan sebagai pengingat bahwa kematian adalah suatu hal yang pasti akan dialami oleh semua orang.
  2. Membantu arwah orang meninggal. Selamatan diyakini dapat membantu arwah orang meninggal untuk mencapai tempat yang layak di alam baka.
  3. Memberikan penghiburan dan dukungan. Selamatan menjadi sarana bagi keluarga yang ditinggalkan untuk saling berbagi kesedihan dan mendapatkan dukungan dari orang-orang di sekitar mereka.
  4. Memperkuat rasa kebersamaan. Selamatan memperkuat rasa kebersamaan di antara anggota keluarga, tetangga, dan kerabat.
  5. Menjaga tradisi dan budaya. Selamatan merupakan salah satu tradisi budaya Jawa yang masih dipraktikkan hingga saat ini dan menjadi bagian dari identitas masyarakat Jawa.

Tabel Selamatan Orang Meninggal Menurut Hitungan Jawa

| Hari | Nama Selamatan | Sajian Utama | Ritual Khusus |
|—|—|—|—|
| Pertama | Kembang Mayit | Bubur Srawe, Wedang Uwuh | Doa-doa keagamaan |
| Ketiga | Nyewu | Tumpeng, Bocah Tawur | Doa-doa keagamaan, Request perlindungan dari roh jahat |
| Ketujuh | Srawean | Ketan Kradikan, Air Setaman | Doa-doa keagamaan, Pelepasan arwah ke alam baka |
| Keempat Puluh | Empat Puluh Hari | Kolak, Dodol | Doa-doa keagamaan, Permintaan agar arwah diterima di sisi Tuhan |
| Keseratus | Nyatus | Bubur Sumsum, Tumpeng | Doa-doa keagamaan, Permintaan agar arwah mencapai tempat yang layak di alam baka |
| Tahunan | Rejeban | Tumpeng, Lontong | Doa-doa keagamaan, Permintaan agar arwah tenang dan damai |

FAQ

  1. Apa tujuan utama dari selamatan orang meninggal? Untuk mendoakan arwah orang meninggal dan memberikan penghiburan bagi keluarga yang ditinggalkan.
  2. Apa saja bentuk selamatan orang meninggal? Kembang Mayit, Nyewu, Srawean, Empat Puluh Hari, Nyatus, Rejeban.
  3. Apa saja sajian utama yang disiapkan